Rabu, 02 Juni 2010

KESEPAKATAN ANTARA AMERIKA SERIKAT DAN RUSIA DALAM MENGURANGI NUKLIR

Oleh :
Leni Oktavia
(209000152)


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang sejarah

Sebelum perang dunia II, kemajuan dan kehebatan senjata Amerika Serikat (AS) masih terbilang biasa saja. Terlebih lagi dengan Uni Soviet atau sekarang kita kenal sebagai Rusia sebelum perang dunia II selesai, senjata yang dimilikinya bisa dibilang terbelakang jauh dengan negara pesaingnya pada saat itu, bahkan saat perang dunia II berlangsung, 5 tentara Soviet memakai satu senjata dan mengambil senjata dari lawan-lawannya yang tewas dalam peperangan tersebut, militer Soviet terbilang buruk pada saat itu. Namun setelah Perang Dunia II selesai, dengan terbelahnya sang musuh Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur. AS dan Soviet mengambil kesempatan untuk mengeksploitasi ilmu dan pemikiran untuk dikembangkan demi kepentingan negara AS dan Rusia. Kepentingan inilah yang membuat As dan Rusia menjadi negara yang berkembang menjadi negara adidaya.

Persenjataan Jerman pada Perang Dunia II adalah senjata yang lebih maju 20 tahun dari jamanya, terbukti dengan pelepasan Rudal Jarak Jauh Jerman yang menghancurkan Inggris dengan angkatan udaranya, Angkatan Udara Inggris kebingungan menghentikan terror yang telah menewaskan banyak korban, walaupun diakhir akhir perang Inggris berhasil menemukan cara untuk menghentikanya.

Selesai Perang Dunia II, seiring dengan terbagi duanya Jerman, menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur. AS dan Uni Soviet pun membagi-bagi Ilmuan-Ilmuan asal Jerman yang kalah perang, Perancang Roket-Roket Amerika diawal-awal bukanlah bernama Amerika atau Inggris, namun bernama Jerman, yaitu Wernher von Braun, pencipta dari bom yang menghancurkan Inggri, dasar-dasar teori Bom Atom ditemukan Albert Einstein dan dikembangkan olehnya. Dia adalah orang Jerman yang lari dari Hitler dan kabur ke Amerika. Dilain pihak Jerman juga membantu program Luar Angkasa Soviet, yaitu Sputnik, satelit pertama umat manusia. Kini kedua negara maju ini, AS dan Rusia merupakan salah satu negara yang memiliki senjata nuklir terbanyak di dunia.

1.2 Latar Belakang Masalah

Teknologi pesenjataan selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan teknologi perkembangan tersebut sangat diharapkan oleh negara-negara yang berindustri maju untuk memperkuat pengaruh dalam kedudukannya di dunia internasional. Permasalahan yang di hadapi oleh Negara-Negara di dunia ini bukan hanya terpaku pada masalah keamanan dan pertahanan Negara saja, namun terdapat satu masalah penting yang sedang dihadapi dan juga merupakan satu masalah yang menentukan berlangsungnya kehidupan suatu Negara.

Dunia takkan pernah lupa peristiwa bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah peradaban umat manusia. Selain menghentikan peperangan paling dahsyat pada jamannya saat itu dan derita yang berkepanjangan bagi Jepang, penjatuhan bom atom itu menandakan babak baru bagi dunia yang memasuki era industri atom. Walaupun AS bertanggung jawab dalam kehancuran yang telah dialami oleh Jepang dengan memulihkan kembali infrastruktur negaranya.

Dikarenakan itulah kini dua negara adidaya melakukan perencanaan perjanjian untuk mengurangi persenjataan nuklirnya menyusul serangan pesenjataan nuklir suatu negara dengan meng-intervensi negara lain. Bermaksud dengan tujuan tertentu atau untuk meningkatkan keberadaan negaranya di dunia internasional. Perencanaan untuk melakukan perjanjian ini tidak hanya dilakukan oleh kedua belah negara saja, tapi negara lainnya juga turut dalam perjanjian pengurangan nuklirnya. Namun yang lebih tersorot dari perjanjian ini adalah perjanjian antara AS dan Rusia dalam mengurangi nuklirnya, yang sudah diketahui bahwa kedua belah negara ini pernah memiliki hubungan yang tidak harmonis pada era perang dingin.
RUMUSAN MASALAH

1. Kronologi tejadinya perjanjian pengurangan persenjataan nuklir dan apa tujuan dari Amerika Serikat dan Rusia dalam mengurangi senjata nuklirnya ?
2. Bagaimanakah kejelasan hasil dari kesepakatan tersebut sehingga bisa menghasilkan perjanjian yang saling menguntungkan ?


II
PEMBAHASAN

2.1 Kronologi terjadinya Perjanjian Pengurangan persenjataan Nuklir dan Apa Tujuannya
Era 1980an menjadi bagian baru dalam sejarah dunia. Para periode ini baik AS maupun Rusia lebih lunak dalam pelaksanaan kebijakan politiknya. Pemerintahan Rusia pada masa pemerintahan Reagan dan Bush merupakan era baru dalam politik luar negeri AS. Normalisasi ketegangan Timur-Barat merupakan salah satu agenda politik AS. Usaha ini menampakkan hasilnya dengan adanya perundingan-perundingan untuk mengurangi persenjataan kedua belah pihak.
Kesadaran negara-negara Adidaya ini untuk mengurangi kekuatan persenjataan nuklir sangat membantu dunia. Dunia tidak lagi begitu was-was dan khawatir karena Nuklir yang sangat berbahaya. Sekurangnya ada tiga perjanjian pengurangan senjata nuklir, yaitu :
a. Perjanjian non Proliferasi Nuklir atau Non- Proliferation Treaty pada tahun 1968 antara Amerika Serikat, Rusia dan Inggris. Hasil dari perjanjian ini adalah kesepakatan untuk menjual persenjataan nuklir atau memberikan informasi tentang persenjataan nuklir kepada negara-negara yang tidak mengembangkan persenjataan nuklir.
b. Perjanjian Perbatasan Senjata-Senjata Strategis atau Strategic Arms Limitation Talks (SALT1) pada tahun 1972. Hasil dari perjanjian ini adalah pembatasan kepemilikan senjata Nuklir.
c. Perjanjian Pengurangan Senjata-Senjata Strategis atau trategic Arm Reduction Treaty (START1) pada tahun 1982 antara Rusia dan Amerika Serikat. Hasil dari perjanjian ini adalah pemusnahan Nuklir dengan daya luncur berjarak menengah.
Perundingan serius antara kedua belah negara ini untuk mengurangi persenjataan Nuklir strategis telah dilakukan. Upaya ini untuk meredakan kecemasan dunia karena dampak dari persenjataan nuklir ini yang sangat berbahaya karena mengancam keamanan dan keselamatan masyarakat dunia. Realisasi perundingan ini pada tahun 1982 dan ditandatangani perjanjian Strategis Arm Reduction Treaty . persetujuan ini mengurangi jumlah peluru kendali jarak menengah. Perundingan ini hal yang baik bagi banyak negara sekutu mereka untuk melakukan hal yang sama.
Perundingan tentang kesepakatan anti senjata nuklir terus ini terus berkembang dibanyak kawasan negara. Di asia tenggara pun beberapa negara ikut turut menandatangani kesepakatan wilayah bebas nuklir yang ditandatangani di Bangkok pada Desember 1995 bertajuk Southeast Asia Nuclear Weapons Free Zone. Penandatanganan lain juga tejadi dibeberapa wilayah di Eropa dan Afrika sebagai bentuk realisasi dari penghentian perang dingin.
Setelah kesepakatn historis itu, dua negara adidaya tersebut mulai masuk dalam perundingan Strategis Reduksi Senjata (Strategic Arms Reduction Talks, START), yuang menghasilkan dua kesepakatan yaitu START I (1991) dan START II (1993). START I membawa pada pengurangan bersama senjata-senjata strategis sebanyak 6.000 dan START II menyerukan pada Amerika serikat dan Rusia untuk mengurangi sebanyak mungkin cadangan hulu ledak nuklir sekitar 3.500 persenjataan nuklir dan senjata-senjata tastis nuklir. Akan tetapi, senat AS tidak meratifikasi START II hingga januari 1996. Perjanjian itu dapat ditafsir sebagai keinginan As karena memberi sejumlah keuntungan bagi AS dan mensyaratkan Rusia untuk melucuti semua misil-misil kapal selamnya. Parlemen (Duma) Rusia ragu-ragu untuk meratifikasi perjanjian tersebut dan hanya menyetujui sebagian kecilnya saja pada tahun 2000. Dengan demikian START II tidak pernah diiplementasikan. Pemerintahan Clinton mulai dengan proses START III sebagai cara untuk mengatasi maksud Rusia.
Pada tahun 2001 presiden AS terdahulu George W.Bush telah secara resmi menyatakan dua tujuan berkaitan dengan strategi persenjataan nuklir dengan mengurangi senjata nuklir AS sekitar 2.000 hulu ledak strategis dan membangun suatu sistem pertahanan misil. Pada bulan Mei 2002, dia menandatangani tiga lembar perjanjian START I yang terdiri dari 700 lebih halaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kedua belah pihak sepakat untuk mengurangi pengerahan operasional hulu ledak nuklir hingga 2.200 pada tahun 2012 yang akan datang. Bush menginginkan perjanjian tertutup (gentleman’s agreement) sebagai hasilnya, namun pihak Rusia dan Senat AS mendesak perjanjian formal. Ketika diratifikasi dan diimplementasi, perjanjian ini secara signifikan mengurangi sejumlah hulu ledak nuklir yang pernah dikerahkan oleh kedua pihak (dari sekitar 6.000 hingga 2.000), sambil memberikan keleluasaan besar bagi kedua pihak untuk mengatur bagaimana hulu ledak ini dikerahkan.
Akan tetapi masih tersisa beberapa persoalan berkaitan dengan proses positif ini :
• Perjanjian Bush – Putin tidak mensyaratkan bahwa setiap hulu ledak atau sistem penghubung harus dihancurkan, tetapi hanya tidak dioperasikan. Jadi hulu ledak dan misil dapat digudangkan untuk dikerahkan pada kemudian hari. Beberapa kritik menyatakan bahwa hulu ledak nuklir Rusia lebih aman berada di ujung misil daripada dalam gudang yang minim fasi;litas pengaman. Ini tampaknya memberikan keleluasaan bagi Rusia untuk mempertahankan kebijakan berdasarkan luas wilayahnya, yaitu misil-misil multihululedak yang oleh Bush Senior berusaha dihapus melalui perjanjian START II.
• Tidak ada batas waktu dalam perjanjian tersebut, kecuali jatuh tempo sepuluh tahun. Masa berlaku perjanjian tersebut berakhir pada tahun 2012 dan dapat dibarui pada saat itu. Masing-masing pihak dapat meningalkan perjanjian itu setelah pemberitahuan selama tiga bulan.
• Kesepakatan itu sepenuhnya mengabaikan senjata-senjata nuklir taktis atau tempur.
• Perjanjian itu masih memakai penjelasan prosedur untuk verifikasi yang pernah dibuat dalam kesepakatan SALT dan START, namun proses ini dihambat oleh suatu warisan kecurigaan dari kerahasiaan Perang Dingin. Selanjutnya, dalam perjanjian itu terkandung pula banyak kelonggaran yang masih dibiarkan saja tanpa diverifikasi.
• Proses penghancuran hulu ledak dan misil, penyimpanan daur ulang bahan-bahan pecahan, dan pemeriksaan bahwa apa yang sudah dilakukan itu sangat mahal. Hal ini secara khusus merupakan masalah sulit bagi Rusia. Perjuangannya dalam bidang ekonomi tidak mampu menanggung biaya proses ini.
• Keahlian tentang atom dan bahan-nahan nuklir merupakan aset-aset langka yang diperoleh Rusia dengan harga yang mahal. Ekspor resmi (misalnya ke Iran), atau keuntunagn bermain di pasar gelap merupakan godaan yang terus membayangi. Sudah terjadi beberapa kasus mengenai penjualan atau pencurian materi-materi pecahan tersebut. Penyebaran materi-materi pecahan atau senjata nuklir tentu saja membawa akibat yang “mengerikan” dan melahirkan kelompok-kelompok teroris yang mempunyai kemampuan persenjataan nuklir.
• Sulit untuk melucuti persenjataan nuklir dengan cara yang aman dan ramah lingkungan hidup. Di Amerika Serikat hal ini dilakukan di pabrik Pantex, di Amarillo, Texas. Para pekerja yang pernah merakit bom sekarang harus secara cermat memisahkannya. Ini adalah pekerja yang berbahaya dan timbul banyak persoalan tentang prosedur keselamatan di pabrik itu. Jika AS bergumul tentang isu-isu keselamatan, maka tidak diragukan bahwa Rusia, dengan kemampuan ekonomi yang lebih dan kurangnya kontrol Pemerintah, akan menghadapi kesulitan yang lebih besar.
• Penyimpanan dan pembuangan bahanbahan Uranium dan Plutonium dalam perakitan bom jauh lebih sulit dari pada membuang limbah yang mengandung radioaktif tinggi dari pabrik-pabrik berdaya nuklir. Sejauh itu merupakan bom rakitan, suatu hulu ledak dapat dipasang disana. AS setuju umtuk membeli banyak materi-materi pecahan dari bekas negara Rusia untuk digunakan dalam industri-industri berdaya nuklir, namun penyusunan rupanya sangat berbahaya. AS memiliki kelebihan Uranium dan Plutonium untuk program energi nuklirnya dan masih berusaha memecahkan masalah bagaimana menyimpan atau membuang bahan-bahan yang mengandung radioaktif tinggi dan berdaya tahan lama ini.
Meskipun perluncutan senjata nuklir merupakan suatu proses yang mahal dan berbahaya, tetapi penyimpanan juga membutuhkan biaya yang besar. Inilah salah satu alasan Presiden Bush dan Putin sepakat untuk menguranginya. Tidak perlu memberangusan seluruh kapasitas kedua negara dan terlalu mahal untuk dipertahankan. Walaupun program senjata atom digembor-gemborkan ole Pentagon sebagai yang lebih murah daripada membeli senjata konvensional, studi tahun 1995 menunjukan bahwa AS membelanjakan sekitar US$ 4 triliun (dalam dolar Amerika serikat tahun 1945) selama periode lima puluh tahun lebih dalam cadangan senjata nuklirnya. Jumlah ini empat kali lipat dari seluruh belanja militer AS sejak Perang Dingin 1965, “ perlombaan senjata merupakan suatu perangkap yang berbahaya bagi kemanusiaan, dan salah satu faktor yang menyisihkan kaum miskin dalam derajat yang tak dapat diterima”. Bahkan tanpa digunakan pun, keberadaan senjata nuklir sebenarnya telah merampas hak kaum miskin dan menciptakan ancaman bagi bumi.

2.2 Kejelasan Akhir Amerika Serikat dan Rusia dalam Mengurangi Persenjataan Nuklir
Kesepakatan untuk mengurangi nuklir antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia sebenarnya sudah direncanakan sesudah perang dingin, yakni untuk mendamaikan dunia dengan menggunakan bahan nuklir untuk digunakan sebagai bahan meningkatkan sumber dayanya. Namun dengan bahan nuklir ini tiap negara kelak menggunakannya sebagai untuk meningkatkan persenjataannya untuk menginvansi negara lain atau untuk meningkatkan kekuasaannya. Presiden AS dan Rusia, bersepakat untuk memperpanjang waktu perundingan bagi satu perjanjian baru untuk mengurangi senjata nuklir.
Setelah dibuatnya kesepakatan perjanjiannya senjata strategis antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia meratifikasikasi perjanjian START II pada tahun 2002 lalu oleh Presiden Bush dan Putin. Bergantinya Presiden AS dan Rusia yang lalu yaitu pada masa pemerintahan Presiden Bush dan Putin ke masa pemerintahan yang sekarang Presiden Barack Obama dan Dmitry Medvedev untuk membuat kesepakatan yang baru atas kesepakatan yang pernah dilakukan oleh kedua negara ini dalam mengurangi senjata nuklir dengan dibuatnya perjanjian START II. Maka kedua negara ini segera ingin memperbaharui kesepakatan tersebut dengan meneruskan kesepakatan yang sebelumnya. Apalagi yang sudah diketahui bahwa Presiden AS Obama menyerukan bahwa kedamaian antar Dunia adalah yang utama dalam menjaga hubungan kerjasama yang baik antar negara dunia. Salah satunya adalah memperbaharui kesepakatan yang pernah dilakukan oleh AS dan Rusia.
Namun seiring dengan waktu kini Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Rusia berhasil mencapai terobosan kesepakatan yang baru untuk perjanjian bersejarah guna mengurangi persenjataan nuklir kedua negara bekas rival Perang Dingin itu. Setelah proses negosiasi yang panjang dan melelahkan, Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev akan menandatangani perjanjian pengurangi persenjataan nuklir. AS dan Rusia akan menandatangani perjanjian nuklir pada 8 April 2010 di Praha, Republik Ceko. Walaupun begitu, isi dari perjanjian tersebut telah disetujui oleh kedua negara. Isi dari perjanjian tersebut adalah, bahwa Amerika dan Rusia akan mengurangi hulu ledak nuklir strategisnya menjadi antara 1.500 hingga 1.675, dari sebelumnya 1.700 hingga 2.200. Berkurang sekitar 30% dari yang dibolehkan saat ini. Perjanjian ini diharapkan akan mengurangi jumlah senjata nuklir jarak jauh yang dimiliki kedua negara hingga sekitar 1.500. Amerika mengatakan memiliki lebih dari 2.000 senjata nuklir, sementara Rusia diyakini memiliki hampir 3.000 buah.
Penandatanganan akan dilakukan setelah sejumlah detail teknis final selesai dibahas. Demikian disampaikan pejabat-pejabat di Washington dan Moskow seperti dilansirNews.com.au, Kamis (25/3/2010). Perjanjian ini mendorong harapan akan adanya perluncutan senjata nuklir lebih jauh dalam tahun-tahun mendatang. Ini merupakan pakta paling signifikan dan tonggak penting dalam perjuangan selama beberapa dekade untuk mengurangi risiko perang nuklir global. Nantinya setelah diteken oleh Obama dan Medvedev, kesepakatan baru ini harus mendapat ratifikasi Senat AS dan parlemen Rusia. Menurut Robert S. Norris, analis senjata nuklir AS dan Rusia, ratifikasi Senat tersebut merupakan hal yang tidak mudah. "Setelah negosiasi alot dengan pemerintah Rusia kini akan diikuti oleh negosiasi alot dengan para senator Republikan untuk mencapai ratifikasi,". Perjanjian untuk mengurangi senjata nuklir jarak jauh ini akan menggantikan Traktat Pengurangan Senjata Strategis (Strategic Arms Reduction Treaty) sebelumnya dan akan segera habis masa berlakunya.
Selain itu New York Times juga mengabarkan bahwa akan terjadi pengurangan pada pengebom nuklir dan misil laut dari 1600 menjadi 800. Hal lain yang akan dilakukan adalah kedua negara juga akan mengurangi jumlah instalasi peluncur nuklirnya sampai sekitar 800 serta Amerika Serikat dan Rusia sepakat untuk berbagi informasi. Amerika saat ini diyakini memiliki 2.000 senjata nuklir strategis, sementara Rusia diperkirakan memiliki lebih dari 2.500 unit. Kedua negara ini merupakan negara dengan kepemilikan senjata nuklir terbanyak di dunia. Menguasai sekitar 95% dari seluruh nuklir yang ada menurut Center for Arms Control and Non-Proliferation.
Perjanjian baru ini merupakan pengganti dari Traktat Pengurangan Senjata Strategis (START) tahun 1991 yang telah habis masa berlakunya pada Desember tahun lalu. Perjanjian baru akan berlaku selama sepuluh tahun, dengan kemungkinan memperpanjangnya selama lima tahun.
Akan tetapi karena belum terjadi penandantanganan perjanjian, maka pengurangan nuklir ini menjadi tidak jelas. Apakah nuklir yang dibatasi tersebut adalah yang dikerahkan (deployed), disimpan (reserved), atau dipensiunkan (retired). Sebagai contoh kesepakatan tahun 2002 di Moskow (START II) mengatur tentang banyaknya hulu ledak nuklir yang dikerahkan dengan kata lain yang siap diluncurkan. Maka definisi antara kedua belah negara dikerahkan dengan disimpan menjadi sangat tidak jelas, karena hanya butuh beberapa hari untuk menyiapkan kembali hulu ledak nuklir yang telah disimpan. Keputusan ini diharapkan agar menjadi efek yang signifikan terhadap kesepakatan anti perkembangan nuklir (Nuclear Nonproliferation Treaty) PBB nantinya.





















III
KESIMPULAN

Kesimpulan dari bahasan ini adalah dengan perjanjian ini bahwa dunia bisa lebih baik dan aman dari ancman Nuklir dikarenakan jumlah arsenal nuklir kedua negara akan dipangkas Perjanjian antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia telah menyepakati prinsip-prinsip perjanjian nuklir yang pertama sejak 20 tahun terakhir. Perjanjian ini telah lama dinanti banyak pihak yang menandakan langkah maju dalam hubungan kedua negara di bidang pertahanan pasca-Perang Dingin berakhir.
Kesepakatan untuk mengurangi nuklir antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia sebenarnya sudah direncanakan sesudah perang dingin, yakni untuk mendamaikan dunia dengan menggunakan bahan nuklir untuk digunakan sebagai bahan meningkatkan sumber dayanya. Namun dengan bahan nuklir ini tiap negara kelak menggunakannya sebagai untuk meningkatkan persenjataannya untuk menginvansi negara lain atau untuk meningkatkan kekuasaannya. Presiden AS dan Rusia, bersepakat untuk memperpanjang waktu perundingan bagi satu perjanjian baru untuk mengurangi senjata nuklir.
Setelah dibuatnya kesepakatan perjanjiannya senjata strategis antara Amerika Serikat dan Rusia meratifikasikasi perjanjian START II pada tahun 2002 lalu oleh Presiden Bush dan Putin. Bergantinya Presiden AS dan Rusia yang lalu yaitu pada masa pemerintahan Presiden Bush dan Putin ke masa pemerintahan yang sekarang Presiden Barack Obama dan Dmitry Medvedev untuk membuat kesepakatan yang baru atas kesepakatan yang pernah dilakukan oleh kedua negara ini dalam mengurangi senjata nuklir dengan dibuatnya perjanjian START II. Maka kedua negara ini segera ingin memperbaharui kesepakatan tersebut dengan meneruskan kesepakatan yang sebelumnya. Apalagi yang sudah diketahui bahwa Presiden AS Obama menyerukan bahwa kedamaian antar Dunia adalah yang utama dalam menjaga hubungan kerjasama yang baik antar negara dunia. Salah satunya adalah memperbaharui kesepakatan yang pernah dilakukan oleh AS dan Rusia.
Disepakatinya prinsip perjanjian ini akan menekan jumlah rudal dan hulu ledak nuklir yang dimiliki kedua negara. Di bawah perjanjian itu, kedua . negara akan memangkas jumlah rudal-nya secara signifikan. Kesepakatan ini menggantikan Traktat Pengurangan Senjata Strategis (START II) yang diteken pada 2002 dengan masa tempo selama 10 tahun dan akan segera habis masa berlakunya pada waktu mendatang. Berakhirnya Perang Dingin kala itu membuat kedua negara ini mengesahkan kesepakatan untuk mengurangi kepemilikan senjata strategis.
Sesuai kesepakatan, jumlah senjata nuklir kedua negara yang dikurangi berkisar 1.500-1.675 unit. Kesepakatan START II 2002, mereka bernegosiasi untuk sama-sama memangkas 2.200 arsenal nuklirnya. Namun untuk sistem pengiriman senjata nuklir akan jauh berkurang, dan 1.600 unit menjadi 700 hingga 800. Bahkan, kedua negara sepakat mengurangi bom yang dipersenjatai nuklir, kapal selam, dan rudal menjadi di bawah 1.000 unit. Kesepakatan itu tonggak bersejarah. Sebab, ini bukan hanya perjanjian pengendalian senjata untuk menurunkan hulu ledak nuklir, tapi juga menetapkan batas ketat jumlah maksimal senjata nuklir kedua negara. Kesepakatan ini menjadi momentum menekan senjata nuklir yang dimiliki Iran dan Korea Utara. AS.










DAFTAR PUSTAKA

BUKU
J.Sumardianta dan A. Fery T. Indratno, sejarah untuk sma kelas XII IPS, Jakarta: widiasarana indonesia, 2004
J.Milburn Thompson, Justice and Peace: A Christhian Primer (reviced and expanded edition), New York: Orbis Books,2003

INTERNET
http://www.detiknews.com/read/2010/03/25/104425/1325020/10
http://vibizdaily.com/detail/internasional/2010/04/05/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar