Rabu, 02 Juni 2010

Kegagalan Diplomasi Uruguay dalam Konflik Pabrik Pulp dengan Argentina

Kegagalan Diplomasi Uruguay dalam Konflik Pabrik Pulp dengan Argentina

Makalah ini disusun untuk memenuhi UAS Diplomasi

Oleh : Nargis (209000171)

Dosen: Shiskha Prabawaningtyas

PENDAHULUAN

Latar belakang

Awal hubungan diplomatik antara Argentina dan Uruguay adalah pada tanggal 20 Juli 1811. Pada saat itu Argentina belum menerima status Uruguay sebagai suatu republik yang merdeka. Uruguay memperoleh kemerdekaan setelah perang Argentina-Brazil tepatnya pada tanggal 25 Agustus 1825.

Argentina dan Uruguay memiliki berbagai kesamaan budaya, ekonomi dan politik. Mereka mewarisi banyak hal yang sama dari Eropa. Sekitar tahun 1960, terjadi emigrasi besar-besaran dari Uruguay ke Argentina dan sekarang, ada 120.000 orang terlahir di Uruguay yang tinggal di Argentina.

Kedua negara ini memiliki hubungan yang baik selama puluhan tahun. Namun ketika Spanyol ingin membangun pabrik pulp ENCE di Sungai Uruguay pada tahun 2003, hubungan baik tersebut menjadi tercemari. Pembangunan pabrik tersebut mendapat protes dari Argentina. Kemudian, rencana membangun pabrik itu dibatalkan pada tahun 2005. Namun, ada pemberitaan mengenai pembangunan pabrik yang lain pada tahun 2005 yaitu Botnia milik Finlandia. Argentina kembali melakukan protes terhadap pemerintahan Uruguay. Kasus ini merupakan hal pertama yang menimbulkan ketegangan antara kedua pihak setelah 50 tahun lebih terjalinnya hubungan baik.

Politik luar negeri Uruguay telah terbentuk dari tradisi demokrasinya. Dalam sejarahnya, Uruguay merupakan korban intervensi. Uruguay merupakan negara terkecil kedua di Amerika Selatan setelah Suriname. Ia terletak di antara dua negara besar yang bersaingan yaitu Brazil dan Argentina. Di abad ke-19 kedua negara itu tidak mengakui status Uruguay dan mereka sering melakukan invasi ke dalam wilayah teritorial Uruguay. Maka dari itu, Politik luar negeri Uruguay secara historis membawanya memegang prinsip non-intervensi, menghormati kedaulatan bangsa dan mengandalkan aturan hukum sebagai cara untuk menyelesaikan konflik. Penggunaan paksaan militer dimanapun kecuali dalam negeri merupakan pilihan yang tidak layak bagi Uruguay.

Rumusan Masalah

Usaha apa saja yang telah dilakukan Uruguay untuk bernegosiasi dengan Argentina? Apa yang menyebabkan Uruguay gagal dalam berdiplomasi dengan Argentina? Dan mengapa diplomasi penting dalam penyelesaian konflik?

Dasar Teori

Menurut Michael Nicholson, seorang profesor hubungan internasional asal Amerika Serikat, definisi konflik adalah sebuah aktivitas yang terletak di antara kesadaran, meskipun tidak harus rasional. Ketika dua buah benda astronomis berbenturan, kita tidak mengatakan mereka sedang dalam konflik. Konflik didefinisikan dalam istilah keinginan, kebutuhan, atau kewajiban dari pihak yang terlibat. Keinginan ini mungkin relatif praktis, seperti konlik dalam pembatasan memancing, dimana suatu pihak berharap negosiasi dapat berakhir dengan kesepakatan. Mungkin pula berkaitan dengan kepercayaan fundamental seperti status dari Yerusalem, yang mana sikap seseorang tidak dengan mudah dapat diubah.[i]

Konflik muncul ketika dua orang ingin melakukan tindakan yang tidak tetap satu sama lain. Mungkin mereka berdua ingin melakukan hal yang sama, seperti ingin memakan apel yang sama, atau mereka ingin melakukan hal yang berbeda tetapi bertentangan satu sama lain, seperti ketika mereka berdua ingin bersama tetapi satu ingin pergi ke bioskop dan yang lain ingin tetap di rumah. Suatu konflik dapat diselesaikan apabila suatu aturan yang saling menguntungkan dapat berjalan. Definisi konflik dapat diperluas dari individual menjadi kelompok (seperti negara bangsa) dan lebih dari dua pihak yang terlibat dalam konflik. Meski begitu prinsipnya tetap sama.

Diplomasi adalah seni dan praktek dalam melakukan negosiasi antar perwakilan kelompok atau negara. Biasanya mengacu pada diplomasi internasional, dengan melakukan hubungan internasional melalui perantara diplomat profesional berkaitan dengan masalah pencapaian perdamaian, perdagangan perang, ekonomi, budaya, lingkungan, dan hak asasi manusia.Perjanjian Internasional biasanya dinegosiasikan sebelum disahkan ke politisi nasional.

Menurut Hedley Bull, seorang profesor Hubungan Internasional asal Australia, salah satu tujuan diplomasi adalah untuk meminimalisasi konflik. Sehingga apabila suatu negara tidak dapat berdiplomasi dengan baik, maka potensi terjadinya konflik akan meningkat. Selain itu, diplomasi juga berfungsi sebagai proses negosiasi dalam membuat kesepakatan. Apabila negosiasi tidak dilakukan dengan baik maka kesepakatan akan sulit untuk diwujudkan dan muncul potensi terjadinya konflik

Apabila dihadapi oleh suatu konflik, tentu suatu negara berusaha untuk mencari cara untuk menyelesaikannya. Penyelesaian konflik yang diplomatis dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan negosiasi, konferensi atau dengan perantara international.

Dalam kasus ini, Uruguay tidak dapat melakukan diplomasi dan negosiasi yang baik dan tidak dapat meminimalisasi konflik dengan diplomasi yang baik dengan Argentina sehingga kasus ini harus berpindah ke tangan mahkamah internasional sebagai lembaga hukum yang harus memutuskan penyelesaian konflik ini.

PEMBAHASAN

Awal terjadinya konflik ini adalah karena Uruguay memberikan izin kepada Botnia, perusahaan milik Finlandia untuk membangun sebuah pabrik pulp di tepi sungai Uruguay pada tahun 2005. Sedangkan Argentina sejak tahun 2003 telah menolak ide pembangunan pabrik pulp tersebut sejak awal ENCE perusahaan Spanyol ingin membangunnya. Akan tetapi, Botnia bersedia untuk berinvestasi sebesar 1,2 milyar dolar untuk pabrik tersebut yang merupakan investasi asing terbesar dalam sejarah Uruguay. Hal ini membuat Uruguay dihadapkan oleh suatu dilema, yaitu meneruskan pembangunan yang melibatkan investasi asing terbesar sepanjang sejarah demi memenuhi kepentingan nasionalnya atau menghentikannya demi menjaga hubungan diplomatik dengan Argentina sehingga tidak terjadi konflik.

Uruguay memutuskan untuk meneruskan pembangunan Botnia dan mengabaikan protes dari Argentina. Hal ini membuat Spanyol yang diutus sebagai mediator kemudian dikejutkan oleh keputusan Uruguay untuk keluar dari negosiasi dengan Argentina dan memberikan izin Botnia untuk beroperasi. Secara otomatis hubungan kedua negara memburuk.

Pecinta lingkungan di Argentina kemudian memblokade jembatan internasional yang menghubungkan kota Gualeguaychu, Argentina dan kota Fray Bentos, Uruguay. Pemblokadean ini memperburuk industri pariwisata di Uruguay. Kemudian, Uruguay menyatakan bahwa ia tidak akan melakukan negosiasi sebelum pemblokadean dihentikan. Hal ini membuat konlik semakin panjang.

Namun, memperpanjang konflik ini bukanlah suatu pilihan yang menguntungkan bagi Uruguay maupun Argentina. Banyak pihak yang terlibat dalam konflik ini, di antaranya adalah ilmuwan, pecinta lingkungan, nasionalis, politisi, ekonom, dan sebagainya. Ilmuwan tentu terlibat dalam penelitian mengenai limbah pabrik apakah dapat mencemari sungai atau tidak. Pecinta lingkungan juga tentu akan memainkan perannya untuk membela sungai Uruguay yang merupakan suatu perairan alam yang harus dilindungi dari pencemaran pembuangan limbah pabrik. Nasionalis akan mempertahankan hak-hak bangsanya untuk memanfaatkan sungai tanpa adanya hambatan. Politisi juga harus berperan yaitu dengan melakukan negosiasi untuk menyelesaikan konflik, ekonom juga terlibat karena dengan memanasnya suhu politik antar kedua negara yang bertetangga dengan baik selama setengah abad lebih dan telah melakukan berbagai macam kerjasama tentu akan berdampak besar bagi perekonomian kedua negara.

Pada bulan Mei 2006, Argentina menuntut Uruguay di Mahkamah Internasional menyatakan bahwa Uruguay telah melanggar perjanjian bilateral untuk memelihara sungai dan menuntut penghentian pembangunan pabrik. Dua bulan berikutnya Mahkamah Internasional menolak surat permohonan tersebut.

Usaha-usaha Uruguay untuk menyelesaikan konflik

Dalam usahanya untuk menyelesaikan permasalahan ini, Uruguay berusaha meyakinkan Argentina bahwa limbah pabrik yang dihasilkan oleh Botnia tidak akan mencemari sungai. Argumen tersebut didukung oleh seorang ahli dari IFC (International Finance Corporation) yang menyatakan bahwa limbah pabrik tidak akan mencemari sungai.

Selain itu, Uruguay juga menyatakan bahwa ia tidak melanggar kesepakatan bilateral dan bahwa untuk membangun pabrik harus mendapat izin dari negara tetangga seberang tidak termasuk dalam kesepakatan.

Penyebab Gagalnya Diplomasi Uruguay

Uruguay tidak berhasil melakukan negosiasi yang baik dengan Argentina dan hal tersebut membuat konflik gagal terminimalisasi. Penyebab gagalnya Uruguay dalam negosiasi adalah Uruguay terus-terusan melakukan hal yang tidak diinginkan oleh Argentina tanpa menginformasikan maksudnya. Dapat dikatakan bahwa Uruguay gagal karena dengan terang-terangan mengabaikan protes Argentina dan bersikeras menjalankan pabrik pulp Botnia. Hal terebut tak menyisakan opsi lain bagi Argentina, selain menuntut dan menunggu panggilan dari pengadilan untuk mendapatkan keadilan dari Mahkamah Internasional.

Penyebab lain gagalnya Uruguay dalam bernegosiasi adalah Uruguay kurang memperhatikan kepentingan Argentina. Untuk mencapai suatu mufakat dalam negosiasi, seseorang harus mengusahakan win-win position yaitu posisi dimana kedua pihak tidak ada yang dirugikan atau sama-sama diuntungkan. Akan tetapi, apabila kedua pihak ingin tetap menjalin hubungan baik bersama tetapi ingin pergi ke jalan yang berbeda. Sebagaimana teori Michael Nicholson, konflik akan terjadi apabila kedua pihak yang ingin bersama tetapi ingin pergi ke tempat yang berbeda. Hal itulah yang seharusnya dihindari dalam negosiasi. Apabila Uruguay memikirkan pihak Argentina maka kepentingan negosiasi akan lebih terarah dan menciptakan kesepakatan yang saling menguntungkan.

Selain itu, penyebab lain yang membuat Uruguay gagal adalah karena Uruguay memiliki keinginan yang besar dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Uruguay merupakan suatu negara dengan penduduk sebesar 3,3 juta orang dan Botnia berinvestasi 1,2 milyar dolar yang merupakan investasi terbesar sepanjang sejarah Uruguay. Dengan negosiasi apapun, Uruguay tidak akan dapat dengan mudah melepaskan kesempatan emas seperti itu. Dengan proyek tersebut dan jumlah penduduk yang sedikit, Uruguay mendapatkan kesempatan menjadi salah satu negara pengekspor kertas utama di dunia. Apabila Uruguay tidak dengan lancang menjalankannya dan mengikuti permintaan Argentina maka hal itu tidak akan terwujud.

Memang, penyelesaian konflik bilateral ini bukan gagal hanya karena Uruguay tidak ingin melanjutkan negosiasi. Di sisi lain, Argentina juga keras pada pendiriannya. Berdasarkan seorang pers asal Argentina, Pemerintah Argentina terus bersikeras bahwa ia akan menuntut pembangunan tersebut dan untuk pindah jauh dari Sungai Uruguay, yang merupakan bagian dari perbatasan antara kedua negara. Sementara itu, delegasi Uruguay, tetap bersikukuh bahwa pabrik pulp tidak akan direlokasi, dan bahwa pemerintah tidak akan bernegosiasi selama demonstran di Argentina masih terus memblokade jembatan internasional yang menghubungkan kedua negara.[ii]

Pentingnya Diplomasi dalam Penyelesaian Konflik

Ada dua divisi besar mengenai cara dalam penyelesaian konflik, yaitu cara perang atau cara damai. Diplomasi merupakan cara damai dan merupakan yang terpenting dan murah. Penting karena tentu setiap negara yang terlibat dalam suatu konflik akan memilih mencapai kesepakatan dalam proses diplomasi lebih baik daripada dengan melakukan perang.

KESIMPULAN

Persengketaan pabrik pulp ini merupakan persengketaan pertama yang terjadi setelah setengah abad lebih antara Uruguay dan Argentina. Sebelumnya keduanya menjalin hubungan baik, selain itu keduanya juga memiliki kesamaan budaya, ekonomi dan politik. Mereka mewarisi banyak hal yang sama dari Eropa. Namun, sayang sekali hubungan keduanya harus merenggang dikarenakan persengketaan ini.

Uruguay telah berusaha melakukan beberapa usaha untuk menegosiasikannya seperti, menyatakan bahwa limbah pabrik Botnia tidak akan mencemari sungai dan menyatakan bahwa tuduhan melanggar kesepakatan bilateral yang diajukan oleh Argentina tidak benar. Uruguay menyatakan bahwa ia tidak melanggar perjanjian internasional.

Namun, usaha-usaha ini gagal dikarenakan beberapa sebab di antaranya adalah Uruguay terus-terus melakukan hal yang bertentangan dengan keinginan Argentina tanpa membangun negosiasi yang baik, Uruguay kurang memperhatikan kepentingan Argentina dalam bernegosiasi, kemudian alasan lainnya juga karena political will dalam mencapai kepentingan nasional yang tinggi membuat Uruguay harus membangunnya.

Karena kegagalan diplomasi kedua negara ini, maka sengketa ini harus ditangani oleh Mahkamah Internasional dan diputuskan oleh hakim. Apabila kepentingan kedua negara tidak dapat dipertemukan, maka perantara internasional akan menjadi solusi berikutnya.

Walaupun demikian, diplomasi dalam penyelesaian konflik tetap merupakan hal yang penting. Proses negosiasi yang baik tentu dapat mempertemukan kepentingan pihak-pihak yang terlibat konflik. Diplomasi merupakan cara damai yang digunakan untuk sebuah negara sebagai sarana untuk mencapai kepentingan nasional dan merupakan cara yang lebih diminati karena tidak menelan banyak korban dan biaya seperti penyelesaian konflik dengan cara perang.



[i] Nicholson, Michael. 1992. “ Rationality and the Analysis of International Conflict”. Press Syndicate of the University o Cambrige.

[ii] http://ipsnews.net/news.asp?idnews=37384

3 komentar:

  1. Tidak ada referensi buku? Apakah keputusan untuk membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional merupakan sebuah kegagalan? Apakah negosiasi dikatakan berhasil jika dilakukan antar pihak yang berkonflik. Interesting article! Akan lebih baik jika uruai proses negosiasi dipaparkan secara lebih detail dengan menyebut waktu dan dinamika yang terjadi termasuk strategi yang digunakan.

    BalasHapus
  2. setelah saya cari2, tidak ada buku yang membahas kasus ini, tapi karena saya tertarik membahas kasus di Amerika selatan jadi mau tidak mau saya cuma bisa dapat referensi dan fakta-faktanya dari internet.. hanya ada satu referensi buku saya pakai tapi untuk bagian dasar teori konflik saja yang saya kutip dari buku profesor Michael Nicholson dari Universitas Cambrige.

    terima kasih atas kritik dan sarannya mbak icha :)

    BalasHapus
  3. Apakah keputusan untuk membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional merupakan sebuah kegagalan?
    Uruguay gagal salah satunya karena tidak dapat menyelesaikan secara bilateral dan tidak memberi pengertian kepada Argentina ketika hendak membangun pabrik botnia. Hal itu membuat rakyat argentina yang tinggal di seberang sungai dan aktivis pecinta alam di Argentina marah lalu memblokade jembatan. itu salah satu indikasi kegagalan diplomasinya.

    Apakah negosiasi dikatakan berhasil jika dilakukan antar pihak yang berkonflik?
    diplomasi dikatakan berhasil ketika dapat mempertahankan hubungan baik antara kedua negara. maka dari itu, diperlukan komunikasi yang bersifat periodik sehingga negara yang menjalin hubungan dengan negara tersebut selalu informed dengan tindakan-tindakan yang melibatkan negara lain. Dalam hal ini Uruguay yang seharusnya memberikan informasi kepada Argentina dengan jelas mengenai pembangunan pabrik pulp ini kemudian berusaha mencapai kesepakatan untuk membangun pabrik pulp dengan damai sehingga konflik tidak terjadi.

    BalasHapus