Rabu, 02 Juni 2010

Diplomasi CAFTA dan Pengaruh terhadap Indonesia

Nama : Kaffie Al kaff
NIM : 209000238

Diplomasi CAFTA dan Pengaruh Terhadap Indonesia


Pendahuluan


China Asean Free Trade Area adalah Zona Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN (CAFTA) yang telah dibentuk pada tanggal 1 Januari 2010. CAFTA merupakan salah satu zona perdagangan bebas terbesar di dunia, dan akan menguntungkan Tiongkok dan ASEAN. Indonesia termasuk negara yang akan mengikuti CAFTA namun informasi tentang CAFTA tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum. CAFTA adalah China ASEAN Free Trade Agreement.dan secara bertahap akan diterapkan komoditas mana saja, dan negara-negara mana saja secara bertahap akan efektif menjalankan CAFTA.
Cikal bakal CAFTA dimulai di bulan November 2001. Setelah itu beberapa langkah sudah ditempuh dan dilaksanakan bertahap:

• November 2004, pada ASEAN Summit ke 10 di Vientiane, Laos, para Menteri Perekonomian negara-negara ASEAN dan China menandatangani Agreement on Trade in Goods (TIG) sebagai framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation ASEAN – China
• July 2005, langkah lebih lanjut detail trade in goods sekaligus beberapa dispute di 2004 diselesaikan di sini
• January 2007, negosiasi untuk trade in services dan perjanjiannya ditandatangani
• October 2008, CAFTA ditandatangani di Singapore
• December 2008, China – ASEAN Investment ditandatangani di Thailand
• Di antara itu, China dan beberapa negara dari Delta Mekong menyelesaikan pembicaraan untuk detail yang lainnya
• Di 2007, sempat ternoda oleh skandal korupsi investment agreement Phillippines – China
• Total GDP mencapai US$2 triliun di tahun 2005 dan terus tumbuh
• Kontribusi China untuk perdagangan ASEAN kemungkinan sekarang menjadi terbesar ke 2 atau ke 3 (di tahun 2003 adalah ke 4, setelah USA 14%, Japan 13.7% dan EU 11.5%)

Jelas sekali indonesia tidak bisa mundur dari CAFTA hal ini ditegaskan pakar perdagangan internasional IPB Rina Oktaviani,‘Upaya menarik diri dari Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China atau menerapkan hambatan nontarif kecil sekali kemungkinannya.Jika menarik diri, itu akan berdampak buruk, kecuali Indonesia bisa memberikan argumen ilmiah yang dapat diterima.’.
Pada kesempatan kali ini kita akan mebahas bagaimana fenomena CAFTA berdampak kepada pengusaha kecil di Indonesia dan kira kira bagaimana langkah yang harus dihadapi oleh Indonesia menyambut datang nya CAFTA.

Permasalahan

Dampak Kepada Pengusaha Kecil Menengah

CAFTA adalah suatu zona perdagangan bebas CINA-ASEAN dimana hal ini menjadi suatu fenomena di dalam dunia internasional,namun sangat banyak pengusaha kecil yang belum mengetahui keberadaan CAFTA,hal ini disebabkan karena kurangnya Informasi atau apapun yang bersifat menginformasikan keberadaan dari CAFTA.Di Jakarta sendiri dimana sebuah kota yang penuh dengan pengusaha menengah dan relatif kecil keberadaan masih jauh dari telinga apalagi para pengusaha-pengusaha kecil yang jauh di pelosok desa.Lalu masalah ketidak siapan Indonesia untuk bersaing dengan China karena unutk saat ini kita masih tertinggal jauh dari China.Jumlah rata-rata penjualan produk China di Indonesia meningkat hingga 400% dalam kurun 5 tahun terakhir. Maka tidaklah heran bilamana berbagai produk yang kita gunakan/temui sehari-hari bertuliskan “MADE IN CHINA“. Mulai dari barang elektronik berteknologi tinggi seperti ponsel, kamera, mp3/mp4/mp5 player, setrika, televisi, motor, mesin-mesin, hingga produk-produk berteknologi rendah seperti pakaian (tekstil), mainan anak-anak, makanan, kertas, jam, pensil, perabot rumah tangga, paku dll.

Dapat dipastikan pada 2010 ini barang-barang dari China akan membanjiri Indonesia,sangat menguntungkan bagi China karena akan membuka lapangan kerja baru di China namun akan banyak pengusaha pengusaha kecil di Indonesia yang akan berguguran,apalagi dengan ketidak tahuan mereka akan CAFTA.

Berikut ini salah satu informasi dampak CAFTA terhadap pengusaha kecil,

KOTA BEKASI-Dampak pemberlakuan CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area, Red) yang mulai diberlakukan di tanah air berimbas pada 125 pabrik boneka yang ada. di Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi. Pasalnya, produk yang dijual para pengusaha kecil ini kalah bersaing dengan produk asal Tiongkok (China, Red).
Kabid Perindustrian, Disperindag, Kota Bekasi. Guruh.Setyoko, mengatakan persaingan harga produk terjadl antaran harga asal Tiongkok lebih murah. Akibatnya, omset sejumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) pengrajin boneka mulai berpengaruh. Untuk itu. Pemkot Bekasi tengah melakukan berbagai terobosan guna membantu penjualan produk boneka lokal tersebut.

Sumber : Indopos

Hal ini membuktikan bahwa ketidak siapan masyarakat Indonesia dalam menghadapi CAFTA dan tidak adanya penyuluhan atau informasi mengenai CAFTA oleh pemerintah padahal CAFTA merupakan sebuah fenomena yang seharusnya tidak hanya dipahami oleh kalangan akademisi,pengamat internasional,namun terlebih dari itu masyarakat dan pengusaha kecil harus memahami nya karena dampak paling besar dirasakan oleh para pengusaha kecil dan masyarakat .




Uncompetitive


Terdapat tiga faktor utama yang harus menjadi perhatian serius bagi Indonesia dalam CAFTA. Faktor pertama, kesiapan suprastruktur ekonomi.
Suprastruktur ekonomi yang dimaksudkan bukan hanya menyangkut hal-hal yang bersifat makro akan tetapi juga hal-hal yang bersifat mikro. Secara makro, suprastruktur ekonomi diterjemahkan ke dalam sistem ekonomi nasional, sedangkan secara mikro ditujukan pada lembaga-lembaga perekonomian dan lembaga-lembaga politik yang memproses kebijakan-kebijakan ekonomi.

Lembaga-lembaga yang dimaksudkan di sini bukan hanya mengarah pada badan-badan atau organisasi yang bergerak di bidang ekonomi, akan tetapi juga para pelaku ekonomi seperti BUMN, BUMD, perusahaan swasta, dan bahkan koperasi. Dalam konteks ini, perlu untuk dicermati secara kritis lembaga-lembaga ekonomi manakah yang tepat dan cocok untuk bersaing di pasar bebas.

Faktor kedua adalah infrastruktur ekonomi. Menyoal infrastruktur ekonomi bukanlah suatu hal yang mudah. Ketersediaan infrastruktur ekonomi menjadi suatu keharusan untuk menopang keikutsertaan Indonesia dalam liberalisasi perdagangan ini.
Ketersediaan ini harus pula diwujudkan dalam bentuk pembangunan fisik seperti jalan, jembatan, pelabuhan, terminal petikemas, bandara, perizinan dan lain sebagainya. Tentunya, dalam hal infrastruktur ekonomi yang menjadi ukuran adalah skala nasional dimana ketersediaan infrastruktur tersebut merata dan atau hampir merata antara provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan provinsi-provinsi lainnya di Kalimanatan, Sumatera, Sulawesi, Ambon, dan Papua. .

Faktor ketiga adalah sumber daya manusia (SDM). Persoalan SDM mungkin menjadi argumentasi klise setiap mempermasalahkan sesuatu yang baru yang mungkin dan atau sedang dihadapi oleh Indonesia. Akan tetapi, naif kiranya jika persoalan SDM ini harus dikesampingkan. Mengingat fakta menunjukkan bahwa keterbatasan SDM masih menjadi "momok" yang harus menjadi fokus bagi Indonesia.
sumber : Media Indonesia, Selasa, 19 Januari 2010
Ketiga hal diatas merupakan sebuah fokus utama yang harus dibenahi apabila pembentukan CAFTA di rencanakan untuk kemajuan Indonesia,
Ada beberapa hal yang ingin saya tambahkan mengenai apa saja sebenarnya yang harus dibenahi dalam menghadapi CAFTA,

1.Listrik

Seperti yang kita ketahui akhir-akhir ini Indonesia khusunya pulau jawa sering mengalami pemadaman lisrik bergilir,walaupun hal ini sudah sering di informasikan melalui media cetak,media audiovisual,dll.Para pengusaha kecil yang terkena dampak utamamhal diatas nitu tidak memberikan solusi bagi para pengusaha kecil di Indonesia,bukan juga solusi apabila mereka harus mengunakan genset dan apabila mereka sudah mempunyai genset lalu biaya pemasangan dan biaya oprasional mereka dapatkan dari mana? Berbeda dengan industri yang sudah bisa self-sufficient seperti pabrik-pabrik kertas di Indonesia, kebanyakan mereka memiliki instalasi pembangkit listrik internal sama halnya dengan perkebunan-perkebunan kelapa sawit di belantara Sumatera dan Kalimantan, kebanyakan mereka menghasilkan listrik sendiri dari hasil pembakaran sisa pengolahan kelapa sawit menjadi CPO di PKS mereka (Pabrik Kelapa Sawit).

2.Infrasruktur

Tahun 1987, Perak – Gempol sepanjang 42km, China belum ada apa-apa. Di akhir 2003, jalan tol China mencapai 30.000km, sementara di Indonesia jalan di tempat. Tahun 1988 jalan tol pertama China dibangun menghubungkan Senyang dan Dalian sepanjang 400km, dan setelah itu tak terbendung lagi rata-rata sekitar 2.000km tiap tahun dibangun jalan tol yang menghubungkan kota-kota penting di China.

Sangat kontras dengan Indonesia, rencana strategis PU 2004-2009 1600km, hanya realisasi 127km (7.9%). Total jalan tol hanya 690km, 2397 masih pra-konstruksi. Padahal rencana akan dibangun 3.087km jalan tol, sekali lagi masih rencana.

3.Pendidikan


Sistem pendidikan China lebih terbuka. Guru diklasifikasi berdasarkan kualitas. Siswa bebas mengevaluasi kualitas guru secara objektif. Guru dapat tambahan tunjangan kesejahteraan 10 persen dari gaji pokok.Gaji guru sangat diperhatikan. dan para siswa dituntut untuk lebih berkualitas.

Sangat kontras dengan keadaan di Indonesia dimana baru-baru ini ada demo guru di depan DPR yang menuntut pemerintah lebih mensejahterakan dan memperhatikan nasib guru terutama yang berada di pedesaan.

SOLUSI

Pemerintah Ikut Ambil Bagian Dalam Membantu Pegusaha Kecil
Solusi yang harus diambil dalam menyelesaikan permasalahan pengusaha kecil menghadapi CAFTA adalah lebih ikut ambil bagian nya pemerintah dalam mensejahterakan pengusaha kecil baik lewat ajang promosi,acara yang diadakan pemerintah ataupun informasi tentang produksi dalam negri dan mulai mengurangi produk import.

"Tidak ada alasan lagi menyangsikan kualitas peralatan olahraga produksi dalam negeri, karena berbagai peralatan olahraga produksi Indonesia saat ini sangat diminati dan dikenal di pasar internasional," kata HM Irwan Suryanto, selaku Presdir PT Sinjaraga Santika Sport (SSS) perusahaan peralatan olahraga di Jabar, Senin.
Dikatakan, pola pikir serba barang luar negeri akibat mental sebaguian masyarakat di Indonesia yang mudah tergoda merk.

"Buat apa pakai produk luar, kalau kita juga bisa bikin sendiri dan justru lebih bagus," ucapnya saat menyaksikan penutupan turnamen futsal "Coach Up Challenge III" di Gymansium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Minggu(21/6).

sumber : Finroll.com

Sudah saat nya pemerintah mulai memproritaskan promosi produk dalam negeri dimana mana,sebarkan banner,tampilkan di media cetak,media televisi bahwa kualitas barang dalam negeri tidak kalah dengan kualitas barang dari luar negri.Dan barang hasil anak negeri yang berkualitas bagus jangan dijual ke luar negri.

Pemerintah harus Lebih Memperhatikan Masalah Infrastruktur
Sepertinya bukan hal asing ditelinga kita apabila jalan jalan di kota-kota besar di Indonesia mengalami kemacetan ,lalu sudah tidak asing apabila musim hujan terdapat kota kota besar di Indonesia yang sebagian daerah nya harus terendam banjir,belum lagi masalah lumpur lapindo.
Apabila kita melihat kasus kasus diatas,dapat ditarik kesimpulan bahwa apakah pemerintah berkerja dengan serius dalam menyelesaikan permasalahan di atas ? memang bukan hal yang mudah dalam kita menyelesaikan permasalahan di atas,akan tetapi setidaknya apabila ada progress tentang penyelesaian masalah di atas segera di informasikan kepada masyarakat umum.
Dengan cara seperti itu masyarakat akan lebih percaya kepada pemerintah dan mengurangi jumlah demo otomatis mengurangi tindakan radikan dan anarki dari rakyat.



Pendidikan Harus Segera Dibenahi

Masih segar dalam ingatan kita bahwa berapa banyak peserta Uan yang tidak lulus SMA maupun SMP,dan mungkin masih terbayang demo-demo para generasi penerus bangsa akan sistem ujian yang ada sekarang.Belum lagi kemarin kemarin para pahlawan tanpa tanda jasa berteriak teriak dan ber orasi di depan gerbang mewah senayan.
Hal ini masih perlu dibenahi oleh pemerintah dimana seharusnya pemerintah tidak mengambil keputusan sendiri akan sistem ujian yang ada dan melihat,mempertimbangkan agar ujian yang ada bukan menjadi kartu mati bagi siswa namun sebagai alat penentu standar kualitas yang baik serta lebih memperhatikan kesejahteraan guaru terutama di pelosok daerah.

KESIMPULAN

1.Indonesia Belum Siap Untuk China Free Trade Area 2010

Dilihat dari permasalahan di atas ditambah solusi yang ada pada tulisan di atas maka Indonesia belum siap untuk China free Trade Area 2010,mengapa?karena dari sisi infrastruktur,listrik,pendidikan Indonesia masih kalah jauh dari cina, apabila kita bermain analogi,yang tepat adalah istilah Macan vs Kucing,dimana kita masih kekurangan ‘modal’ untuk dapat bersaing dengan china.

2. Indonesia Harus Bisa

Walaupun Indonesia belum siap dalam menghadapi CAFTA namun mau tidak mau Indonesia harus siap menghadapi CAFTA, maka langkah yang harus dilakukan segera benahi apa yang kira kira menjadi masalah utama seperti yang telah saya jelaskan di awal tadi,meskipun secara bertahap dan memerlukan proses yang lama lebih baik daripada tidak sama sekali.

DAFTAR PUSTAKA

-http://www.indonesiamedia.com/2010/01/29/indonesia-tidak-bisa-menarik-diri-dari-cafta
-http://nusantaranews.wordpress.com/2009/12/30/indonesia-vs-china-studi-komparatif-bisnis-ekonomi-cafta/
-http://bataviase.co.id/node/110031
-http://sports.id.finroll.com/biz-products/12860--umum-peralatan-olahraga-produksi-dalam-negeri-lebih-baik-.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar