Rabu, 02 Juni 2010

Amerika Serikat dan Prediksi Demokrasi Liberal di Masa Depan

Oleh: Felix Martha NIM: 209000136
Bab 1
Pendahuluan
Setelah berbagai peristiwa dalam sejarah panjang politik dan diplomasi dunia perlahan-lahan telah mampu menunjukan suatu sistem pemerintahan dalam suatu negara, suatu sistem yang kian mendunia dan dilihat serta dianalisa secara panjang dan mendalam sebagai suatu sistem atau paham yang mampu bertahan hingga saat ini dan banyak diprediksi akan menjadi suatu sistem yang mungkin baik dan fakta membuktikan saat ini banyak negara-negara yang menganut sistem tersebut, yang selanjutnya akan banyak dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai sistem, paham atau ideology yaitu Demokrasi yang pada tahap-tahap selanjutnya menjadi suatu sistem yang berkembang dan beragam jenisnya, namun dalam makalah ini kita akan banyak berbicara mengenai sistem demokrai yang kerap kali menjadi perdebatan dari berbagai kalangan yaitu Demokrasi Liberal, karena fenomena dari fenomena demokrasi liberal ini menjadi suatu hal yang dengan sendirinya menarik untuk dikaji dan dianalisa secara mendalam melalui berbagai perspektif dan studi kasus dari negara yang menganut demokrasi liberal itu sendiri.
1.1 Demokrasi itu Sendiri
Sebelum berbicara lebih banyak mengenai demokrasi liberal dan Amerika Serikat sesuai dengan tema dalam penulisan makalah ini, terlebih dahulu ada baiknya kita sedikit mengulas apa yang menjadi pengeritan dari demokrasi itu sendiri dan bagaimana implementasi negara yang menerapkan demokrasi, demokrasi pada akhirnya bisa disimpulkan sebagai suatau sistem pemerintahan yang mengacu kepada “pemerintahan rakyat”. Cara pemerintahan ini memberikan hak kepada semua rakyat untuk ikut memerintah mungkin dalam implematasinya adalah sistem pemerintahan ini melibatkan rakyat untuk ikut memberikan suaranya dalam setiap kebijakan-kebijakan politik atau mengacu kepada kebebasan rakyat untuk memberikan aspirasinya kepada pemerintah, contoh yang umum dari sistem pemerintahan yang demokratis ini adalah melibatakan partisipasi rakyat dalam memilih pemimpin (Pemilu) dan rakyat dapat berpartisipasi secara langsung dengan adanya suatu parlemen dalam pemerintahan tersebut sebagai representasi dari suara rakyat yang selanjutnya juga memiliki hak dan fungsinya tersendiri dalam partisipasinya di sebuah negara yang demokratis.
1.2 Liberal atau Liberalisme
Sebelumnya sudah dijelaskan mengenai definisi dari demokrasi secara singkat, selanjutnya demokrasi berkembang kedalam berbagai bentuk demokrasi seperti demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila , demokrasi liberal dan lain sebagainya, dan dalam makalah ini yang akan memaparkan mengenai demokrasi liberal dan negara Amerika Serikat ada perlunya kita mengulas kembali apa itu Liberal atau Liberalisme, definisi singkat dari liberlisme itu sendiri cukup sulit untuk dipaparkan dalam sebuah bentuk kalimat, namun kita bisa mencoba menggaris bawahi makan penting dari liberlisme itu sendiri dimana paham ini labih jauh berbicara mengenai kebebasan, yang baik gagasan tentang negara konstitusional yang dilandaskan pada kedaulatan hukum dalam demokrasi, perlindungan atas hak milik pribadi dalam praktek kapitalisme modern, serta perlindungan atas kebebasan individu melalui gagasan besar tentang civil liberties kesemuanya adalah bagian dari kebajikan umum yang lahir dari filsafat liberal .
Para pemikir dari paham Liberal itu sendiri adalah antara lain Karl R. Popper, Ludwig Von Mises, John Locke, Adam Smith, David Hume dan lain sebagainya yang selanjtnya dalam berbagai tesis dan pendapatnya mereka banyak berbicara mengenai catatan keberhasilan liberalisme, pasar bebas, hak individu, toleransi, kepentingan , keadilan dan lain sebagainya yang kemudian menjadikan Liberalisme memiliki argumentasi tersendiri dalam menjawab kritisasi dari para penentangya yang biasanya datang dari golongan atau pemikir sosialis ataupun komunis.

1.3 Amerika Serikat dan Demokrasi Liberal
Dari berbagai pemaparan sebelumnya kita sudah mencoba memahami definisi mengenai demokrasi dan liberalisme dari sudut pandang penulis itu tersendiri, selanjutnya berbicara mengenai demokrasi liberal adalah satu bentuk dari demokrasi yang beragam telah disebutkan sebelumnya. berdasarkan kosakata mungkin demokrasi liberal bisa dikatakan pertemuan antara sebuah sistem pemerintahan atau paham dengan sebuah paham lain atai ideolog yaitu antara demokrasi dan liberalisme yang selanjutnya menjadi demokrasi liberal. Pengertian dari demokrasi liberal itu sendiri adalah kurang lebih adalah sistem pemerintahan demokrasi yang mungkin lebih jauh lagi berbicara mengenai hak-hak individu dan kebebasan rakyat secara lebih komperhensif lagi. Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi negara yang menganut demokrasi liberal itu sendiri.
Amerika Serikat sebagai salah satu negara dengan demokrasi liberal yang terbilang sukses dengan indikasi bahwa AS merupakan negara yang tergolong maju dan menjadi negara adidaya di dunia di era globalisasi ini, dengan berbagai macam cerita sejarah yang tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjang negara demokrasi liberal ini dari berbagai peperangan dunia yang telah dilewati dari Perang Dunia I, Perang Dunia II dan Perang Dingin yang sangat menentukan bagi AS dan demokrasi liberalnya, ketika dunia dan negara-negara dunia ketiga sedang dalam masa-masa yang sulit ketika berbicara ideology karena terjadi perang dingin antara dua kutub besar antara AS dan Uni Sovyet atau biasa disebut dengan perang Ideologi antara AS dengan demokrasi liberalnya dan Uni Sovyet dengan sosialis-komunisnya.
Keruntuhan Uni Sovyet dalam perang dingin dengan serta merta mengantarkan AS kedalam posisi yang menentukan negara-negara di dunia dan seolah mengantakan AS kepada tempat dominasi atas dunia, yang selanjutnya demokrasi liberal menjelma dalam ideologi perekonomian NeoLiberal atau Kapitalisme yang mendunia dan hal tersebut membawa keuntungan tersendiri bagi Amerika Serikat.
Bab 2
Latar Belakang Permasalahan
Berkaitan dengan ideologi demokrasi liberal yang banyak dipakai negara-negara di dunia saat ini ada baiknya kita mengacu pada suatu cerita mengenai perdebatan suatu debat yang dinamakan The End of Ideology Debate, debat itu dipicu oleh jatuhnya fasisime sesudah Perang Dunia II, disusul dengan mundurnya komunisme. Dua sarjana Amerika yang perlu disebut dalam fenomena ini adalah Daniel Bell dan Francis Fukuyama.
Daniel Bell (1960) dalam bukunya The End of Ideology:On the Exhaustion of Political Ideas in the Fifties, menguraikan bahwa: Di Barat ada konsensus di anatar para intelektual tentang masalah politik, yaitu: diterimanya negara kesejahteraan ; diidamkanya desentralisasi kekuasaan; sebuah sistem ekonomi campuran dan pluralism politik. Konsensus ini menurut Bell, telah mengakhiri debat mengenai ideology secara tuntas .
Kemudian kira-kira tiga puluh tahun kemudian, Francis Fukuyama (1989), meneruskan pemikiran ini dan memaparkan idenya dalam tulisanya The End of History. Fukuyama melangkah lebih jauh lagi dengan mengatakan bahwa globalisasi yang sedang melanda seluruh dunia akan mendorong tersebarnya demokrasi ala Barat di dunia luas, dan bahwa majunay ekonomi pasar akan diikuti dengan diterimanya prinsip-prinsip demokrasi liberal secara universal.
Teori Fukuyama kemudian banyak dikritik oleh berbagai kalangan karena dianggap terlalu meremekan segi-segi negative dari globalisasi. Karena itu Fukuyama merasa perlu memberikan pnejelasan dan kemudian Fukuyama menulis suatu penjelasan dalam The End Of History and The Last Man (1992).
Dengan beragam kerangka pemikiran tersebut mengenai ideologi demokrasi liberal menjadi suatu acuan yang menarik untuk kita selanjutnya menganalisa negara demokrasi liberal seperti AS yang sampai saat ini masih menjadi negara Adidaya di dunia Globalisasi dan dengan berbagai instrumen politik luar negerinya AS terus berupaya melakukan upaya demokratisasi terhadap negara-negara di dunia, dengan dominasi dalam hal perekonomian global merupakan suatu dorongan tersendiri dalam uapay AS tersebut dan begitu pula para penentangnya yang banyak melakukan kritik-kritik terhadap upaya AS tersebut karena banyak cara-caranya terkadang dinilai kurang manusiawi, menjadi ensensi tersendiri untuk menganalisanya secara komperhensif sehingga selanjutnya kita mampu mengkaji dan menilainya dengan perspektif dan paradigma kita masing-masing.

2.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sekiranya jika digambarkan, AS memainkan berbagai Instrumen-instrumen politik luar negerinya dalam mencapai tujuan-tujuanya dalam hal persebaran demokrasi liberal dan perekonomian neo-liberal?
2. Apakah sekiranya benar yang dituliskan oleh Francis Fukuyama dalam bukunya The End Of History and The Last Man, yang secara garis besar berbicara mengenai Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal?
3. Hal apa yang menjadi pertentangan para pemikir-pemikir yang menolak ideologi Liberal itu sendiri, sejauh apa upaya mereka dalam mengkritisi kebijakan neoliberal dan hegemoni AS terhadap dunia?





Bab 3
Pembahasan
3.1 Demokrasi Liberal Pasca Perang Dingin
Dengan berakhirnya Perang Dingin yang berlangsung kurang lebih salama 50 tahun antara komunisme ala-Sovyet dan demokrasi liberal barat, beberapa peneliti tertutama Francis Fukuyama menyatakan bahwa kita telah mencapai “akhir sejarah” .
Perang dingin yang pada prakteknya diperankan oleh dua kutub kekuatan yaitu AS dan Uni Sovyet, sanagt menarik untuk melihat upaya-upaya Amerika ketika itu dalam memainkan berbagai Instrumen politik luar negerinya, jikalau memang dalam PD I dan PD II instrumen sperti perang atau konforontasi fisik dan pemanafaatan senjata seperti nuklir, bom atom dan sebagainya yang begitu nyata dimainkan oleh negara-negara yang terlibat didalamnya termasuk AS, dalam perang-perang ini memang AS telah mendapatkan posisi yang begitu diuntungkan dengan pada akhirnya mampu menunjukan Power yang dimilikinya, namun dalam konteks analisa mendunianya Ideologi demokrasi liberal PD I dan PD II nampaknya bukanlah tempat yang tepat walaupun memang jika ditarik garis ada banyak keterkaitanya atau benang merahnya dengan perkembangan demokrasi liberal selanjutnya, namun dalam konteks ini nampaknya Perang Dingin-lah yang kemudian memicu terjadinya perkembangan demokrasi liberal, yang justru didalamnya Instrumen yang bermain adalah seperti Diplomasi atau mungkin Propaganda dan kita juga bisa melihat perang yang dimankan AS pada masa perang dingin yang bersifat Proxy War.
Dalam perang dingin Instrumen yang paling terlihat adalah seperti apa yang ada dalam film “The Thirteen Days” yang kurang lebih menjelaskan bagaimana AS adalah negara yang mampu menggunakan Smart Power yaitu seolah mereka memahami apakah harus menggunakan Hard Power ataukah Soft Power, yang dalam konteks gambaran dalam film ini akhrinya AS menjadi pemenang dalam perang dingin melalui Instrumen soft powernya yaitu diplomasi yang cantik yang dimainkan oleh Presiden Kennedy yang menjadi presiden kala itu dan segenap rekan-rekanya di pemerintahan AS, dengan demikian klaim AS sebagai pemenang dalam Perang Dingin dan sejak saat itu Demokrasi Liberal mulai mencoba untuk mendunia ditandai dengan runtuhnya negara komunisme-komunisme Sovyet dan runtuhnya tembok Berlin.
3.2 Negara Demokrasi Liberal AS dan Ekonomi NeoLiberalisme – Kapitalisme
Dalam manifestasi ekonominya, liberalisme adalah pengakuan terhadap hak-hak untuk melakukan aktivitas ekonomi bebas dan pertukaran ekonomi berdasarkan kepemilikan pribadi dan pasar. Sejak istilah “Kapitalisme” memperoleh berbagai konotasi yang sangat pejorative selama bertahun-tahun, baru-naru ini sudah menjadi kebiasaan untuk berbicara mengenai “ekonomi pasar bebas”; keduanya meruapakan istilah altenatif bagi liberalisme ekonomi , dan nampaknya Liberalisme ekonomi ini membentang dari Amerika Serikat yang merupakan negara Demokrasi Liberal, fenomena menyebarnya sektor ekonomi kapitalisme bukanlah semata tanpa sebab yang jelas melainkan beberapa faktor antara lain erat kaitanya dengan globalisasi, Kenichi Ohmae berbicara tentang empat variabel dalam globalisasi yang erat kaitanya dengan demokrasi liberal yang dipraktikan di Barat dia menyebutnya dengan 4 I yaitu Industri, Invetasi, Individu dan Informasi, ini sangat erat dengan fenomena dunia di abad ke 21 ini dimana saat ini negara-negara juga merasakan dampak yang luar biasa dari ekonomi neoliberal atau kapitalisme itu sendiri dan nampaknya hal-hal yang menjadi alasan dari berkembangnya perekonomian ini dan banyak memang hal-hal yang merugikan dalam sistem ini yang selanjutnya akan dipaparkan di pemebahasan lebih lanjut
Berbagai pendapat mengenai kelangsungan ekonomi kapitalisme ini bisa berjalan dikarenakan mungkin banyak masyarakat yang memang semakin melihat produk dari pasar-pasar kapitalisme merupakan bareng yang berkualitas sehingga mungkin timbul dengan sendirinya keinginan untuk lebih memilih barang-barang yang merupakan produksi dari sektor kapitalis ketimbang produksi usaha kecil menengah dinegaranya sendiri dan tentunya hal seperti itu bukanlah hal yang dilakukan dengan sengaja oleh masyarakat namun ini berjalan seolah sebagaimana mestinya, dan argumentasi mengai individualism kian terlihat dan Nampak dalam fenomena-fenomena seperti ini, contoh berikutnya adalah apakah anda menulis dengan menggunakan pena Waterman atau Mt. Blanc atau mengadakan perjalanan dengan sebuah tas Vuitton atas dasara sentimen nasionalis?mungkin saja tidak. Anda membeli barang-barang ini karena mereka mewakili nilai yang anda cari selama ini. Anda tidak peduli dengan negara asal atau negara tempat tinggal. Anda tidak memikirkan tentang figur karyawan atau defisit perdagangan. Anda tidak menghawatirkan tentang dimana produk-produk tersebut dibuat. Anda tidak peduli bahwa sebuah sepatu sneaker “Inggris” keluaran Reebok (sekarang dimiliki oleh perusahaan Amerika dibuat di Korea, sebuah sepatu Jerman keluaran Adidas dibuat di Taiwan, atau sebuah sepatu ski Perancis keliaran Rossignol dibuat di Spanyol. Apa yang anda paling pedulikan adalah kualitas produk, harga, desain, nilai dan daya pikat kepada anda sebagai seorang pelanggan , demikianlah kutipan yang dikemukakan oleh Kenichi Ohmae mungkin selajutnya dapat kita analisa apa yang menjadi korelasinya dengan perkembangan Neoliberalisme atau Kapitalisme, mungkin hal-hal seperti itulah yang membuat sektor ekonomi Kapitalisme itu berkembang karena memiliki kualitas poduk yang memang dicari masyarakat dan hal ini seharusnya menjadi tugas pemerintah di negara tersebut untuk mampu memproteksinya.
3.3 Sekilas Pertentangan Pemikiran terhadap Demokrasi Liberal, Amerika Serikat dan Globalisasi
Walaupun memang seolah-olah menurut berbagai kalangan Demokrasi Liberal akan terus berkembang ke berbagai penjuru, menurut Francis Fukuyama yaitu harus dikatakan, untuk sebagian besar dunia bahwa kini tidak ada ideologi dengan pretensi-pretensi terhadap universalitas yang ada dalam posisi untuk menantang demokrasi liberal, dan tidak ada prinsip legitimasi universal selain dari kedaulatan rakyat, bahkan menurutunya fasisme dan komunisme, yang merupakan pesaing utama demokrasi liberal telah mendiskreditkan diri mereka sendiri.
Akan tetapi demokrasi liberal bukan berarti dengan semudah itu melakukan klaim-klaim positif atas ideologinya karena banyak pertentangan yang memang sampai saat ini tetap demonstrative dalam menentang demokrasi liberal anatara lain datang dari pemikiran strukturalisme atau marxisme yang beranggapan antara lain Struktur kapitalisme global yang tidak adil dan eksploitatif yang menciptakan tatanan ekonomi dan sosial yang bersifat konfliktual dan disharmonis juga mereka melihat bahwa ketimpangan kesejahteraan yang sangat besar antara negara maju dan negara berkembang. Keterlambatan dan kegagalan pembangunan negara-negara Dunia Ketiga yang menyebabkan terciptanya pembangunan global yang tidak merata.
Begitu juga penentangan datang dari pemikir realis yang beranggapan bahwa Liberalisme sangatlh normatif dan tidak berdasarkan kepada realita.
Ketika kita berbicara mengenai AS sebagai salah satu negara demokrasi liberal dan menjadi negara adidaya yang selanjutnya memiliki kewenagan untuk menentukan nasib bangsa-bangsa di dunia sudah barang tentu tidak semua kalangan mampu menerima hal tersebut dan hingga saat ini sentimen kebencian terhadap AS selalu ada dan bahkan juga berkembang terus aksi-aksi terorisme yang mengatasnamakan “Islam” dan berbagai kelompok-kelompok yang melakukan aksi-aksinya dengan sasaran sektor-sektor yang berhubungan dengan AS tentu ini membuktikan banyak penentangan terhadap negara AS tersebut, begitu juga seruan-seruang boikot terhadap produk AS terkadang bisa kita dengarakan ketika AS melakukan tindakan yang tidak sesuai atau banyak merugikan negara-negara terkait.
Begitu juga halnya dengan globalisasi fenomena yang sulit ditolak dan seolah wajib dihadapi oleh negara-negara di dunia ini banyak mendapat kritik dan penentangan dari berbagai kalangan bahkan Joseph Stiglitz mengemukakan dalam Globalization and its discontent dengan berbagai pendapat globalisasi yang ada saat ini tidak berjalan untuk bagian dunia yang miskin juga globalisasi tidak bekerja pula untuk mewujudkan stabilitas perekonomian global dan Joseph Stiglitz membukakan mata banyak orang tentang bagaimana Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia yang berpengaruh besar pada ekonomi negara-negara berkembang ternyata demi mendorong globalisasi ekonomi tidak selalu benar dalam meresepkan kebijakan untuk banyak negara.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sejarah nampaknya akan terus menempuh perjalanan yang panjang dan apa yang dicoba dikemukan Francis Fukuyama tentunya mendapat pertanyaan besar dalam prediksi demokrasi liberal di masa depan.






Bab 4
Kesimpulan
Seperti apa yang dipaparkan sekilas seputar sejarah, proses dan pertentangan terhadap demokrasi liberal dengan Amerika Serikat sebagai sudut pandang negara yang menjalankan demokrasi liberal, tentunya banyak hal yang dapat kita kaji secara lebih analitis, kritis dan skeptic dikarenakan banyak faktor yang perlu kita pertimbangakan lebih lanjut.
Di satu sisi saat ini Amerika Serikat memang negara yang mampu maju dengan demokrasi liberlanya namun nampaknya disisi lain kita juga menemukan hal-hal yang negatif yang tentunya perlu kita cegah dan kita tanggapi secara kritis karena memang walaupun saat ini fenomena-fenomena seperti yang telah dipaparkan dalam makalah di atas memang kerap terjadi tapi kita tetap memerlukan konsepsi yang juga matang untuk mampu melakukan filter terhadap fenomena dunia.
Mengambil hal positif dari lemokrasi liberal AS dan mereduksi pengaruh negative dari globalisasi merupakan langkah yang sekirnya tepat namun tentunya untuk mengambil tindakan tersebut perlu konsepsi yang sangat matang karena tidak selalu demokrasi liberal dapat mengatarkan bangsa pada suatu kesejahteraan seperti apa yang dicapai AS.
Mungkin hal yang menjadi kesimpulan dalam tulisan ini adalah bagaimana prediksi demokrasi liberal dimasa depan tidak dapat dijawab dengan suatu jawaban pasti apakah memang negara dengan demokrasi liberal akan maju seperti Amerika Serikat atau mungkin akan menjadi sebaliknya menjadi negara yang terus dimiskinkan karena kepentingan-kepentingan dibaliknya ketika negara berkembang mencoba mengadopsi ideology demokrasi liberal tersebut dan berbagai jawaban lainya akan tetapi kita perlu terus memahami dinamika-dinamika yang terjadi karena dalam analisa sosial seperti ini segala sesuatunya bertendesi kepada hal-hal yang bersifat dinamis.
Dengan demikian atas gambaran singkat mengenai Amerika Serikta prediksi demokrasi liberal di masa depan, dapat memberikan sedikit pehamaman sehingga kita bisa mengerahakan segala upaya dalam memahaminya karena ketidakpahaman akan persoalan ideologi dan kepentingan dibaliknya mungkin akan mampu membuat negara terjebak pada keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dari negara tersebut



Daftar Pustaka

- Soekarno. Dibawah Bendera Revolusi. DJilid Pertama, Cetakan ke-2. Djakarta: DIBAWAH BENDERA REVOLUSI, 1963.
- Liberalisme. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung dan Freedom Institute, 2010.
- Fukuyama, Francis. “ The End of History and The Last Man”. Ed. Ke 3. Yogyakarta: PENERBIT QALAM, 2004.
-Budiardjo, Miriam. “ Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Edisi Revisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2008.
- Ohmae, Kenichi. “ Hancurnya Negara Bangsa”. Yogyakarta: Qalam, 2002.
- Ohmae, Kenichi. “The Borderless World”. Planet Buku, 2008.

1 komentar:

  1. Fokus pembahasan tidak jelas, apakah mengkritisi penyebaran luasan praktek demokrasi liberal oleh Amerika Serikat, pengaruh demokrasi liberal dalam gaya diplomasi Amerika Serikat atau membuktikan bahwa dalam demokrasi liberal, diplomasi digunakan sebagai instrumen. Esensi pembahasan tentang apa siapa dan bagaimana diplomasi dilakukan menjadi hilang.

    BalasHapus